Palu, 16 Oktober 2025 — Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menggelar Orientasi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal bagi Puskesmas PONED tingkat provinsi yang berlangsung di Hotel Santika Palu pada 16–18 Oktober 2025. Kegiatan ini diikuti oleh 26 peserta dari 13 kabupaten/kota yang terdiri atas tenaga dokter dan bidan dari puskesmas terpilih (PKM Persiapan PONED).
Kegiatan resmi dibuka oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Wayan Apriani, SKM., M.Epid., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir di tingkat layanan dasar.
“Kegiatan seperti ini sangat penting untuk memperkuat kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi persoalan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Apalagi, perputaran tenaga medis di Puskesmas kita cukup tinggi, sehingga diperlukan pembekalan berkelanjutan agar kompetensi tetap terjaga,” ujar Kadis Kesehatan.

Wayan juga menyoroti bahwa salah satu tantangan utama penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah masih terbatasnya tenaga terlatih dan sistem rujukan yang belum optimal. Ia menekankan pentingnya kehadiran Puskesmas PONED sebagai fasilitas pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar yang mampu memberikan pelayanan 24 jam, termasuk dalam proses rujukan cepat dan tepat.
“Puskesmas PONED harus menjadi garda terdepan dalam pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi. Dengan pelatihan dan orientasi seperti ini, kita harapkan tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama sesuai standar dan melakukan rujukan secara efektif,” tambahnya.
Lebih lanjut, Kadis juga menyinggung tentang fenomena meningkatnya kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan sejak peluncuran program Berani Sehat, yang menurutnya menjadi tantangan tersendiri bagi Puskesmas dalam menjaga kualitas layanan promotif dan preventif.
“Begitu masyarakat tahu bisa berobat hanya dengan KTP, semua ingin ke fasilitas kesehatan. Artinya, kita harus lebih kuat di sisi pencegahan dan edukasi agar masyarakat tidak hanya datang ketika sakit,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mendorong agar kegiatan serupa dapat dilakukan tidak hanya di tingkat provinsi, tetapi juga di tingkat kabupaten/kota, agar semakin banyak tenaga kesehatan yang memperoleh pembekalan langsung sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing.
“Semakin banyak tenaga Puskesmas yang mendapatkan orientasi seperti ini, semakin baik. Karena pada akhirnya, kualitas pelayanan dasar di lapangan sangat bergantung pada kemampuan tim di fasilitas kesehatan tingkat pertama,” tutup Wayan apriani.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dalam mendukung pencapaian target RPJMN dan RPJMD untuk menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Penulis / Aplouder : Hamdi, SKM., M. Kes
