Peningkatan Kapasitas Bagi Petugas Public Safety Center (PSC) 119 Melalui Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Tahun 2023

Keadaan darurat bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Banyak orang yang mengalami henti jantung di rumah, tempat kerja atau di tempat umum yang tidak tertolong jiwanya karena tidak mendapatkan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dari seseorang. Henti jantung merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia. Oleh karena itu, kelangsungan hidup seseorang tergantung pada adanya Resusitasi Jantung Paru yang segera dari siapapun. Jika dilakukan dalam beberapa menit pertama, dapat dua atau tiga kali meningkatkan angka kelangsungan hidup seseorang. Keterampilan melakukan Resusitasi Jantung Paru harus dimiliki setiap orang untuk mengurangi dampak buruk atau keparahan gejala sisa orang yang mengalami henti jantung. Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi udara tanpa menggunakan alat bantu. Tindakan Bantuan Hidup Dasar sangat penting bagi orang yang mengalami henti jantung yang tiga perempat kasusnya terjadi di luar rumah sakit dan gagal melakukan usaha penyelamatan sebagai langkah awal dalam bantuan hidup dasar. Kehadiran penyelamat yang kompeten selama keadaan darurat yang mengancam jiwa meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dari korban. Masyarakat umum atau orang awam yang sudah terlatih dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar biasanya mempunyai kecenderungan untuk lebih percaya diri dan mampu melakukan prosedur Bantuan Hidup Dasar apabila menemukan situasi serangan jantung. Bantuan Hidup Dasar dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya petugas pelayanan kesehatan saja. Pendamping pejabat dan driver pun diharapkan dapat dilatih dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar. Dalam hal ini, maka Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah melalui UPT Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Seksi Penanganan Krisis Kesehatan perlu melakukan upaya Peningkatan Kapasitas bagi Petugas PSC 119 di Kabupaten Toli-toli Provinsi Sulawesi Tengah Melalui Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Tanggal 31 Mei 2023 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah yang di wakili oleh Seksi Krisis Kesehatan UPT P2KT bersama dengan Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli melaksanakan kegiatan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Kegiatan ini hadiri langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Tolitoli dan Peserta dari PSC 119 Kabupaten Tolitoli. Narasumber Kegiatan ini : Sukrang, S.Kep.Ners.,M.Kepdari HIPGABI Sulawesi Tengah Hasnidar, S.Kep.Ners.,M.Kepdari HIPGABI Sulawesi Tengah Tujuan kegiatan Peningkatan Kapasitas bagi Petugas PSC 119 di Kabupaten Toli-toli Provinsi Sulawesi Tengah melalui Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah terpenuhinya peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu memberikan pertolongan pertama gawat darurat pada kejadian henti jantung.

Read article
Tanda tanda RABIES Pada Anjing

PENYAKIT RABIES Rabies atau penyakit gila anjing adalah penyakit hewan menular yang dapat menyerang manusia disebabkan oleh virus genus Lyssavirus (dari bahasa Yunani Lyssa yang berarti mengamuk atau kemarahan). Penyakit ini bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat, hewan berdarah panas, dan manusia. Penyakit rabies masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1884, ditemukan oleh Schrool (orang Belanda) pada kuda, kemudian tahun 1889 Esser W, J,. dan Penning menemukan penyakit rabies pada anjing. Pada tahun 1894, pertama kali virus rabies menyerang manusia, ditemukan oleh EV De Haan (orang Belanda). Virus rabies termasuk dalam kelompok virus RNA yang dikenal sebagai Lyssavirus dan umumnya menyebar melalui saliva hewan yang terinfeksi. Hewan yang paling umum terinfeksi dan menjadi sumber penularan rabies adalah anjing, kucing, rakun, rubah, dan kelelawar. Setelah terinfeksi, virus rabies akan menyebar melalui sistem saraf pusat dan menyebabkan peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang. Meskipun demikian, penyakit ini dapat dicegah salah satunya dengan pemberian vaksinasi pada hewan peliharaan. Gejala Rabies Munculnya gejala rabies bisa sangat bervariasi, antara 5 hari hingga sekitar 1 tahun. Namun, gejala penyakit ini umumnya muncul 30–90 hari setelah penderita tergigit hewan yang terinfeksi. Gejala rabies bisa lebih cepat muncul jika lokasi gigitan atau cakaran hewan dekat dengan otak, misalnya di dada, leher, atau di kepala. Gejala awal yang dapat muncul meliputi: • Demam atau menggigil • Kesemutan • Sakit kepala • Lelah atau lemas • Hilang nafsu makan Setelah itu, ada beberapa keluhan lanjutan yang dapat dialami oleh penderita rabies, seperti kram otot, sesak napas, halusinasi dan koma. Gejala lanjutan tersebut menandakan bahwa kondisi pasien makin memburuk. Pertolongan Pertama Rabies Jika Anda baru saja digigit hewan yang diduga terinfeksi virus rabies, lakukan hal-hal berikut sebagai langkah pertolongan pertama: • Bila mengalami perdarahan aktif, tekan bagian yang terluka dengan kain bersih atau kain kasa untuk menghentikan perdarahan • Cuci luka gigitan atau cakaran menggunakan air dan sabun, selama 10–15 menit. • Setelah itu, oleskan alkohol 70% atau cairan antiseptik yang mengandung povidone iodine ke luka tersebut. • Segera ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Setelah sampai di rumah sakit, dokter akan membersihkan luka gigitan atau cakaran, kemudian memberikan serum dan vaksin rabies. Tujuannya adalah untuk membantu sistem kekebalan tubuh melawan virus rabies sehingga infeksi dan peradangan pada otak dapat dicegah. Akan tetapi, virus rabies yang telah menginfeksi otak akan lebih sulit ditangani, karena belum diketahui metode yang benar-benar efektif untuk mengatasinya. Sumber : Rabies adalah infeksi virus pada otak dan sistem saraf. Tersedia di : https://www.alodokter.com/rabies APA ITU RABIES DAN BAGAIMANA MENGATASINYA?. Tersedia di : https://pertanian.kulonprogokab.go.id/detil/1262/apa-itu-rabies-dan-bagaimana-mengatasinya Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2022.

Read article
Sejarah

SEJARAH SINGKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH Pada Awal Kemerdekaan Daerah Sulawesi Tengah tergabung dengan Provinsi Sulawesi yang berkedudukan di Makassar. Saat itu semua kegiatan kesehatan, di laksanakan sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Provinsi Sulawesi di Makasar. Pada Tahun 1960 berdasarkan Peraturan Pemerintah No 5 tahun 1960, Provinsi Sulawesi dibagi menjadi dua bagian yaitu Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Provinsi Sulawesi Utara-Tengah. Gubernur Provinsi Sulawesi Utara-Tengah pada waktu itu ialah MR A.A. BARAMULI. Pada Tahun 1963 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara-Tengah membentuk Kantor Inspeksi Kesehatan yang disingkat “IKES “ yang menjalankan fungsi pengawasan dibidang kesehatan. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dengan Gubernur yang pertama adalah Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning. Dengan terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah maka urusan bidang Kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, dan secara teknik fungsional bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen, yang ditindak lanjuti dengan keluarnya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/IV/Kab/BU/75 tanggal 29 April 1975 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Deaprtemen Kesehatan, maka diseluruh Indonesia didirikan Kantor wilayah yang merupakan representasi dari pemerintah pusat di daerah, menjadi Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah di Palu dan Kantor Departemen Kesehatan (KANDEPKES) ditiap kabupaten yang berkedudukan di setiap Ibu Kota Kabupaten/Kota. Dengan terbitnya peraturan tersebut diatas maka terbentuk dua Organisasi yang menjalankan tugas dan fungsi di bidang Kesehatan yaitu Kantor Wilayah Depatemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menjalankan tugas pembinaan dan pengendalian, perijinan dan registrasi tenaga dan institusi kesehatan sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi menjalan tugas-tugas desentralisasi. Pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan pemerintah Nomor 25. Tahun 2000 yang mengatur tentang organisasi perangkat Daerah. Peraturan tersebut, mengatur antara lain tentang fungsi dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang selama ini dijalankan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan diserahkan kepada Gubernur Sulawesi Tengah sebagai kepala wilayah dan dijalankan oleh Dinas Kesehatan sebagai unsur pembantu Gubernur. Dengan adanya peraturan tersebut, maka Kanwil DepKes dengan Dinas Kesehatan provinsi melebur diri menjadi satu Organisasi perangkat daerah yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan demikian semua asset milik Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Sulawesi Tengah baik menyangkut Personil, Perlengkapan, Pembiayaan dan dokumentasi (P3D) diserahkan ke pada Pemerintah Daerah dan menjadi milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Pada Tahun 2001 Kantor wilayah Departemen Kesehatan resmi dihapus selanjutnya kewenangan dan tusi dibidang kesehatan dilakukan oleh organisasi perangkat daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah No.06 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, dan Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 55 Tahun 2016 sebagaiamana telah dirubah dengan Pergub Nomor. 19 Tahun 2019 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan tata kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dan diperbaharui dengan Pergub No. 57 Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta tata kerja perangkat daerah. Pelaksanaan Kegiatan teknis program-program Kesehatan didaerah tetap mengacu pada Undang-Undang Kesehatan, Peraturan Pemerintah di bidang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan serta Petunjuk-petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana kegiatan teknis yang di tetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam rangka penelusuran jejak atau napak tilas berdirinya Dinas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah, maka Para Pejabat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (Kanwil dan Dinas Kesehatan) dari masa ke masa ini akan ditulis, sebagai bukti pelaku sejarah terbentuknya Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah di antaranya : 1. dr. J. Putrali (1964 – 1975) 2. dr. Jan Mohammad Kaleb (1975 – 1981) 3. dr. Udin Muhammad Muslaini (1981 – 1986) 4. dr. R. H. Tjahaja Martaprawira, MPH (1986 – 1990) 5. dr. H. Nadiar, MPH (1990 – 1994) 6. dr. H. Muh. Amin Nompo, SKM (1994 – 1995) 7. dr. H. M. Akib Kamaluddin (1995 – 1999) 8. dr. M. Natsir Borman, D.Derm (1999 – 2005) 9. dr. H. Fachrin Tamagangka (2005 – 2006) 10. dr. Abdullah, DHSM, M.Kes (2006 – 2008) 11. dr. Anshayari Arsyad, M.Kes (2008 – 2010) 12. dr. Abdullah, DHSM, M.Kes (2010 – 2012) 13. dr. Anshayari Arsyad, M.Kes (2012 – 2017) 14. dr. Reny A. Lamadjido, Sp.PK, M.Kes (2018 – 2020) 15. dr. I Komang Adi Sujendra, Sp.PD (2020 – Sekarang)  

Read article
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Provinsi Sulawesi Tengah Sidak Kehadiran ASN Pasca Libur Idul Fitri

Palu – Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesra Provinsi Sulawesi Tengah Fahrudin Yanbas melakukan inspeksi mendadak di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah untuk mengecek kehadiran aparatur sipil negara (ASN) pasca libur idul fitri 2023, Inspeksi mendadak dilaksanakan setelah Apel Pagi di rangkaikan dengan Halal Bihalal. Fahrudin Yanbas dalam sidaknya mennyampaikan apresiasinya terhadap kehadiran ASN di lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Hadir dalam sidak Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah I Komang Adi Sujendra, Sekretaris, Pejabat Eselon III dan IV, Pejabat Fungsional beserta seluruh staf. Bagi ASN yang menambah libur, tentu akan mendapatkan sanksi kepegawaian yang berlaku. di harapkan pasca libur Idul Fitri, kehadiran pegawai kembali normal seperti biasa dan tugas-tugas pelayanan pun kembali berjalan seperti biasanya.

Read article
Serah Terima Pelayanan Medis Indonesia, Dubes RI: Pulang untuk Kembali

HASSA – Seremoni serah terima pelayanan media Indonesia kepada otoritas setempat berlangsung di Ard?çl?, Kota Hassa, Provinsi Hatay, Senin (27/2). Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia Lalu Muhammad Iqbal menyerahkan operasional kesehatan kepada otoritas Turkiye. Dubes Iqbal menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Turkiye atas penerimaan Emergency Medical Team (EMT) Indonesia selama memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat setempat. Iqbal juga menyampaikan, seluruh pihak dari Indonesia sangat Bahagia karena dapat berada di tengah masyarakat Turkiye yang sedang mengalami bencana. “Kami sangat bahagia, sangat senang, karena kami bisa berada dengan saudara-saudara kami bangsa Turki yang saat ini sedang mengalami bencana,” ujar Iqbal. Namun demikian, dengan selesainya pelayanan medis, ini bukan berarti dukungan Indonesia berakhir. Ungkapan ini disampaikan Dubes Iqbal untuk masyarakat Turkiye pada fase pascabencana. “Kami pulang untuk kembali,” imbuhnya. Di sisi lain, Deputi Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Turkiye Arif Cetin menyampaikan Indonesia dan Turkiye memiliki sejarah persahabatan yang panjang. Kedua negara saling membantu, seperti yang ditunjukkan Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan di Hassa. “Terima kasih kepada Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat kami,” ujar Cetin. Sejak berlangsung pada 15 hingga 26 Februari 2023 lalu, Rumah Sakit Lapangan Indonesia yang dioperasikan EMT Indonesia mencatat total 2.953 kunjungan. Sedangkan total pasien pada Minggu (26/2) berjumlah 444 orang. Pada Minggu kemarin, dr. Eko Medistianto menyampaikan sebanyak 99 pasien mendapatkan layanan kebidanan dan kandungan, sedangkan 70 warga mendapatkan layanan kegawatdaruratan. “99 pasien mendapatkan layanan kesehatan gigi dan 33 pasien mendapatkan layanan radiologi,” tambah dr. Eko sebagai Koordinator EMT Indonesia. Selain itu, sebanyak 560 anak-anak telah mendapatkan layanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial. Sementara itu, Ketua Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia Bambang Surya Putra menyampaikan terima kasih atas dukungan seluruh personel EMT sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan Indonesia. Bambang juga mengatakan, di setiap kejadian bencana atau katastrofe Indonesia selalu ingin mengambil tempat sebagai bagian dari warga dunia untuk membantu sesamanya. “Dalam melaksanakan bantuan kemanusiaan itu, Pemerintah tidak akan melakukannya sendiri. Kita ingin bersama stakeholder kita, NGO, masyarakat dan dunia usaha untuk bersama-sama dalam penanganan bencana,” tambah Bambang secara terpisah. Hadir pada acara serah terima perwakilan lain Pemerintah Turkiye dari Dinas Sosial Hassa, pihak keamanan Jandarma dan Pemerintah Desa Ard?çl? serta personel EMT Indonesia. Sumber: BNPB  

Read article
Schistosomiasis

Skistosomiasis atau schistosomiasis (bilharzia) adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing skistosoma. Skistosomiasis juga sering disebut dengan penyakit demam siput. Cacing skistosoma hidup di air tawar, seperti danau, waduk, atau sungai. Cacing ini bisa hidup dan berkembang di dalam tubuh selama berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun. Seseorang bisa terinfeksi skistosomiasis jika kontak langsung dengan air yang terkontaminasi cacing skistosoma, misalnya saat berenang atau mandi di air tersebut. Penyebab Skistosomiasis Skistosomiasis disebabkan oleh infeksi cacing parasit yang hidup di air. Beberapa cacing penyebab skistosomiasis tersebut antara lain: • Schistosoma guineensis • Schistosoma haematobium • Schistosoma intercalatum • Schistosoma japonicum • Schistosoma mansoni • Schistosoma mekongi Cacing ini bisa masuk ke dalam tubuh saat seseorang mandi, berenang, mencuci pakaian, atau melakukan aktivitas lain di air yang sudah terkontaminasi cacing skistosoma. Cacing skistosoma bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit dan menyebar ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah. Setelah beberapa minggu, cacing tersebut akan berkembang menjadi dewasa dan mulai bergerak ke organ tubuh lain, seperti paru-paru dan hati. Skistosomiasis tidak bisa menular antarmanusia melalui kontak fisik secara langsung. Selain itu, cacing penyebab skistosomiasis juga tidak dapat ditemukan di kolam renang yang sudah diberi klorin, air laut, dan air steril. Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami skistosomiasis, antara lain: • Tinggal atau bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah skistosomiasis • Kontak langsung dengan air tawar, seperti sungai, danau, atau waduk • Daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS atau sedang mengonsumsi obat penekan sistem imun (imunosupresan) Gejala Skistosomiasis Gejala skistosomiasis atau demam keong sering kali tidak terlihat di awal. Biasanya, ruam atau gatal di kulit baru muncul beberapa hari setelah infeksi. Pada fase akut (skistosomiasis akut), keluhan atau gejala yang akan muncul adalah: • Rasa gatal di kulit • Ruam kulit • Demam • Batuk • Pusing • Sakit perut • Diare • Nyeri otot dan sendi • Tubuh terasa lelah dan lemas (malaise) Jika infeksi terus berlanjut, akan muncul gejala skistosomiasis kronis. Gejala yang muncul pada tahap kronis tergantung pada organ yang menjadi tempat cacing skistosoma berkembang biak, di antaranya: • Anemia • Nyeri perut • Sulit berkemih • Urine berdarah • Diare dan BAB berdarah • Batuk yang terus-menerus disertai batuk berdarah • Penumpukan cairan dalam perut (asites) • Nyeri dada dan jantung berdebar • Sesak napas • Sakit kepala • Kelumpuhan pada tungkai • Kejang Kapan harus ke dokter Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas, terutama jika belum lama ini Anda berenang, mandi, atau beraktivitas di sungai, danau, atau waduk. Untuk memastikan penyebab dari gejala tersebut, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan. Jika Anda terdiagnosis menderita skistosomiasis, lakukan kontrol rutin ke dokter untuk mencegah penyebaran infeksi dan kemunculan komplikasi. Diagnosis Skistosomiasis Untuk mendiagnosis skistosomiasis, dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan, kebersihan diri dan lingkungan, pekerjaan, serta riwayat kontak langsung dengan air tawar. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan diagnosis: • Tes darah, untuk mendeteksi adanya anemia dan peningkatan kadar eosinofil • Tes urine dan tes tinja, untuk mendeteksi telur cacing skistosoma di dalam urine atau tinja • Tes fungsi ginjal dan hati, untuk memastikan ada tidaknya gangguan pada organ tersebut • Pemindaian dengan CT scan, MRI, Rontgen, ekokardiografi, atau USG, untuk mendeteksi penyebaran infeksi skistosoma • Biopsi, untuk mendeteksi sel-sel abnormal yang ada di sampel jaringan Pengobatan Skistosomiasis Skistosomiasis dapat diobati dengan pemberian obat-obatan. Dokter akan memberikan obat anticacing, yaitu praziquantel, sebagai pilihan utama untuk mengatasi skistosomiasis. Obat golongan kortikosteroid juga bisa diberikan oleh dokter untuk meredakan keluhan pada skistosomiasis akut, atau untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf dan otak. Selain pemberian obat, dokter akan menyarankan operasi untuk mengangkat gumpalan cacing, pengikatan (ligasi) varises esofagus jika terdapat pelebaran pembuluh darah vena di kerongkongan, pengangkatan granuloma, atau pemasangan shunt. Komplikasi Skistosomiasis Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat skistosomiasis, di antaranya: • Perdarahan saluran cerna • Penyumbatan di lambung atau usus • Malnutrisi • Infeksi ginjal • Sepsis • Kelumpuhan • Mandul (infertilitas) • Anemia berat • Gagal ginjal kronis • Kerusakan hati kronis • Penyumbatan hati dan kandung kemih • Radang usus besar • Hipertensi pulmonal • Gagal jantung Pencegahan Skistosomiasis Skistosomiasis bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan air tawar yang berpotensi terkontaminasi cacing skistosoma. Jika sedang mengunjungi area yang diduga terkontaminasi cacing skistosoma, lakukan upaya pencegahan berikut ini: • Gunakan celana dan sepatu bot anti-air jika bekerja di area berair tawar. • Jaga kebersihan diri dan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. • Konsumsilah air matang atau air mineral yang terjamin kebersihannya. • Hindari mandi atau berendam di dalam air sungai atau danau. • Gunakan air bersih untuk mandi dan mencuci. Jika tidak yakin dengan kebersihan air yang akan digunakan, disarankan untuk merebus air sampai mendidih, kemudian diamkan air dalam keadaan mendidih selama 1 menit, baru matikan kompor atau api. Ditinjau oleh: dr. Pittara

Read article
Bagaimana Menjaga Gula Darah Penderita Diabetes Tetap Stabil Selama Berpuasa

Puasa merupakan salah satu ibadah penting bagi umat muslim. Bagi penderita diabetes, menjaga gula darah tetap stabil selama berpuasa dapat menjadi tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan pola makan yang berubah dan kurangnya asupan cairan selama waktu puasa dapat memengaruhi kadar gula darah. Oleh karena itu, penderita diabetes perlu memperhatikan beberapa hal untuk menjaga gula darah tetap stabil selama berpuasa, seperti mengatur pola makan dan minum, berolahraga dengan aman, serta mengontrol gula darah secara teratur. Bagi penderita diabetes, menjaga gula darah tetap stabil selama berpuasa dapat menjadi tantangan tersendiri. Berikut beberapa tips yang dapat membantu menjaga gula darah tetap stabil selama berpuasa: 1. Berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berpuasa dan meminta rekomendasi mengenai dosis obat diabetes atau insulin yang tepat 2. Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks di malam hari ataupun ketika sahur, seperti roti gandum, nasi merah, kentang, dan kacang-kacangan yang memberikan energi secara perlahan-lahan dan membantu menjaga gula darah tetap stabil 3. Hindari makanan yang mengandung gula tinggi, termasuk minuman manis, kue-kue, dan camilan manis lainnya, karena dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang tidak stabil 4. Konsumsi makanan yang kaya serat seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian yang membantu mengontrol gula darah dan membuat kenyang lebih lama 5. Perbanyak minum air putih dan hindari minuman berkafein atau bersoda 6. Mengecek gula darah secara teratur dan menjaga catatan gula darah selama berpuasa 7. Istirahat yang cukup dan hindari stres karena dapat mempengaruhi gula darah 8. Berhenti berpuasa jika merasa tidak sehat atau gula darah tidak stabil Mengatur gula darah selama berpuasa dapat menjadi tantangan bagi penderita diabetes, namun dengan mengikuti tips dan strategi yang tepat, penderita diabetes tetap dapat menjalankan ibadah puasa dengan aman dan nyaman. Selain itu, menjaga gula darah tetap stabil selama berpuasa juga dapat membantu meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang dari diabetes. Sumber : IHC Telemed

Read article
Pelatihan Surveilans Epidemiologi Bagi Petugas Puskesmas Angkatan 1 dan II Tahun 2023

Palu – Selasa (07/03/2022) digelar Pelatihan Surveilans Epidemiologi Bagi Petugas Puskesmas Angkatan I dan II Tahun 2023. Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Bidang Kefarmasian, Alkes dan SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Bapak Ilham, SKM.,M.Kes secara daring dari tanggal 7 s/d 10 Maret 2023 dan 13 s/d 14 Maret 2023 secara luring. Narasumber terdiri dari : 1. Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kemenkes RI 2. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI 3. Fasilitator yang telah mengikuti TOT Pelatihan Surveilans Epidemiologi 4. Widyaswara UPT. Bapelkes Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Peserta Pelatihan akan mengikuti pembelajaran sebanyak 50 jam pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode Blaned Learning dan diikuti oleh 60 orang. Peserta berasal dari Puskesmas di 13 Kabupaten/Kota Kriteria Peserta Peserta pelatihan adalah 2 (dua) orang petugas yang berasal dari Puskesmas yang sama, terdiri dari: 1)  1 (satu ) orang yang memiliki tugas dan fungsi surveilans di Puskesmas, yang memiliki pengalaman minimal 3 bulan serta  Mampu mengoperasikan komputer 2)  1 (satu) orang Penanggungjawab/ Pelaksana Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Puskesmas Pelatihan Surveilans Epidemiologi bagi Petugas Puskesmas dilaksanakan dalam upaya peningkatan kompetensi petugas Upaya Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan Peningkatan kompetensi dalam melaksanakan kegiatan surveilans epidemiologi  

Read article